Menurut
teori Evolusi [yang sampai kini belum ada bukti-bukti utuh dan lengkap tentang
kebenarannya], manusia modern atau homo sapiens ada karena suatu proses
perkembangan yang panjang dan dalam rentang waktu lama. Proses panjang dan lama
itu terjadi karena manusia berkembang dari organisme sederhana menjadi makhluk
yang relatif sempurna; dan segala sesuatu yang bertalian dengan manusia serta
kemanusiaannya juga berkembang karena adanya proses evolusi. [Dan dalam
kenyataannya, evolusi hanya merupakan teori, tetapi diajarkan dan
dijabarkan sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi atau dialami pada
semua makluk].
Akan tetapi, menurut Kitab Suci Agama-agama, manusia,
alam semesta, dan segala sesuatu adalah hasil ciptaan TUHAN Allah; hasil
ciptaan yang penuh dengan kesempurnaan. Karena kesempurnaan itu, manusia mampu
bertambah banyak karena di dalam diri mereka tertanam naluri bertahan
hidup serta kemampuan reproduksi. Di samping itu, manusia juga dilengkapi
dengan berbagai kemampuan serta kreativitas [penggagas Teori Evolusi pun, tidak
pernah bisa menjawab siapa yang telah melengkapi manusia dengan berbagai
kemampuan serta kreativitas tersebut], sehingga mampu beradaptasi
dengan sikon hidup dan kehidupannya; bahkan menjadikan segala sesuatu di
sekitarnya menjadi lebih baik serta memberi kenyamanan padanya.
Kemampuan
dan kreativitas itu, menjadikan manusia mempunyai keinginan untuk meningkatkan
kualitas hidup dan kehidupannya. Sehingga, yang tadinya mempunyai pola nomade,
lambat laun menetap kemudian membangun komunitas pada suatu lokasi dengan
batas-batas geografis tertentu. Dalam batas-batas geografis itu, mereka semakin
bertambah banyak serta mampu membangun komunitas masyarakat dengan berbagai
aspek yang bertalian dengannya.
Salah satu
aspek yang biasanya ada dalam suatu komunitas masyarakat adalah cara-cara
penyembahan kepada kekuatan lain di luar dirinya. Hal itu terjadi karena
manusia mempunyai naluri religius yang universal. Kekuatan lain di luar diri
manusia itu bersifat Ilahi, supra natural, berkuasa, mempunyai
kemampuan maha dasyat, sumber segala sesuatu, dan lain-lain. Ia adalah Kekuasaan
Yang Tertinggi melebihi apapun yang ada di alam semesta. Akan tetapi,
manusia tidak mampu menggambarkan bentuk-bentuk konkrit dari apa yang mereka
sembah sebagai Kekuasaan Yang Tertinggi itu. Komunitas tersebut
mempunyai keyakinan bahwa Ia ada, dihormati, disembah, ditakuti; kemudian
diikuti dengan memberi persembahan korban kepadanya. Kondisi seperti itu
biasanya disebut agama suku atau agama asli.
AGAMA-AGAMA
ASLI
Agama
Asli adalah bentuk-bentuk atau cara-cara
penyembahan yang ada pada suatu suku dan sub-suku; kerohanian khas pada suatu
bangsa, suku, dan sub-suku; berasal dari antara mereka sendiri, serta tidak
dipengaruhi atau meniru dari komunitas ataupun orang lain. Ciri-ciri yang ada
pada agama asli antara lain,
- terikat
pada lokasi atau tempat bangsa ataupun suku dan sub-suku hidup dan berkembang;
misalnya diseputar lembah atau pegunungan, daerah pedalaman serta
terpencil, dan lain sebagainya; sehingga terbatas pada masyarakat dalam
komunitas atau lingkungan tertentu
- dianut
oleh sekelompok suku atau sub-suku ataupun gabungan beberapan suku;
- mempunyai
atau adanya banyak larangan-larangan, tabu, benda-benda dan tempat-tempat
keramat serta dianggap suci; tempat-tempat keramat tersebut
biasanya difungsikan juga sebagai pusat kegiatan penyembahan atau ritus;
- pada
umumnya berhubungan dengan alam [misalnya benda-benda langit;
pohon, gunung, gua, dan lain-lain]; bersifat spiritisme [adanya roh-roh
pada benda-benda di alam semesta], animisme [adanya nyawa atau jiwa pada
benda-benda tertentu], dinamisme [adanya kekuatan dan kuasa pada semua
makhluk], totemnisme [adanya hubungan antara manusia dengan binatang
tertentu].
Hubungan
erat antara [masyarakat] penganut agama suku dengan alam terjadi karena
anggapan bahwa pada alam ada atau berdiam [tinggal] pribadi yang
mempunyai kekuatan dan kuasa. Sebagai pribadi, alam juga tidak mau
diganggu atau dirusak oleh manusia. Dalam konsep agama-agama suku, jika pribadi
pada alam tersebut diganggu [mendapat gangguan], maka Ia akan mendatangkan murka
pada manusia. Dan juga hubungan itulah, yang seringkali menjadikan mereka lebih
memperhatikan dan menjaga keselarasan hidup dengan lingkungan.
Akan
tetapi, seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan, pemikiran dan
pemahaman manusia tentang siapa Yang Ilahi yang disembah semakin maju.
Pada perkembangan selanjutnya, model atau cara-cara penyembahan pada agama
suku, berubah dan berkembang menjadi suatu sistem yang teratur. Perubahan dan
perkembangan ini, juga menjadikan manusia mempunyai aneka pendapat atau
pengertian tentang agama.
ARTI AGAMA
Agama
[Sanskerta, a = tidak; gama = kacau] artinya tidak kacau; atau adanya
keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Religio
[dari religere, Latin] artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan
dengan saksama; jadi agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan
atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi.
Dari sudut
sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri
orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu [yang supra natural] dan
berfungsi agar dirinya dan masyarakat keselamatan. Agama merupakan suatu sistem
sosial yang dipraktekkan masyarakat; sistem sosial yang dibuat manusia [pendiri
atau pengajar utama agama] untuk berbhakti dan menyembah Ilahi. Sistem sosial
tersebut dipercayai merupakan perintah, hukum, kata-kata yang langsung
datang dari Ilahi agar manusia mentaatinya. Perintah dan kata-kata tersebut
mempunyai kekuatan Ilahi sehingga dapat difungsikan untuk mencapai atau memperoleh
keselamatan [dalam arti seluas-luasnya] secara pribadi dan masyarakat.
Dari sudut kebudayaan, agama adalah salah satu hasil budaya. Artinya, manusia
membentuk atau menciptakan agama karena kemajuan dan perkembangan budaya serta
peradabannya. Dengan itu, semua bentuk-bentuk penyembahan kepada Ilahi
[misalnya nyanyian, pujian, tarian, mantra, dan lain-lain] merupakan
unsur-unsur kebudayaan. Dengan demikian, jika manusia mengalami kemajuan,
perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan kebudayaan, maka agama pun mengalami
hal yang sama. Sehingga hal-hal yang berhubungan dengan ritus, nyanyian, cara
penyembahan [bahkan ajaran-ajaran] dalam agama-agama perlu diadaptasi sesuai
dengan sikon dan perubahan sosio-kultural masyarakat.
Sedangkan
kaum agamawan berpendapat bahwa agama diturunkan TUHAN Allah kepada manusia.
Artinya, agama berasal dari Allah; Ia menurunkan agama agar manusia
menyembah-Nya dengan baik dan benar; ada juga yang berpendapat bahwa agama
adalah tindakan manusia untuk menyembah TUHAN Allah yang telah mengasihinya.
Dan masih banyak lagi pandangan tentang agama, misalnya,
-
- Agama ialah
[sikon manusia yang] percaya adanya TUHAN, dewa, Ilahi; dan manusia yang
percaya tersebut, menyembah serta berbhakti kepada-Nya, serta
melaksanakan berbagai macam atau bentuk kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut
- Agama adalah
cara-cara penyembahan yang dilakukan manusia terhadap sesuatu Yang
Dipercayai berkuasa terhadap hidup dan kehidupan serta alam semesta;
cara-cara tersebut bervariasi sesuai dengan sikon hidup dan kehidupan
masyarakat yang menganutnya atau penganutnya
- Agama ialah
percaya adanya TUHAN Yang Maha Esa dan hukum-hukum-Nya. Hukum-hukum TUHAN
tersebut diwahyukan kepada manusia melalui utusan-utusan-Nya;
utusan-utusan itu adalah orang-orang yang dipilih secara khusus oleh
TUHAN sebagai pembawa agama. Agama dan semua peraturan serta hukum-hukum
keagamaan diturunkan TUHAN [kepada manusia] untuk kebahagiaan hidup
manusia di dunia dan akhirat
Jadi,
secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi
[yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan
kehidupan kepada manusia]; upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus
[secara pribadi dan bersama] yang ditujukan kepada Ilahi.Secara khusus, agama
adalah tanggapan manusia terhadap penyataan TUHAN Allah. Dalam
keterbatasannya, manusia tidak mampu mengenal TUHAN Allah, maka Ia menyatakan
Diri-Nya dengan berbagai cara agar mereka mengenal dan menyembah-Nya. Jadi,
agama datang dari manusia, bukan TUHAN Allah. Makna yang khusus inilah
yang merupakan pemahaman iman Kristen mengenai Agama.