Kamis, 21 Maret 2013

Perilaku Konsumen




Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari,menukar,menggunakan,menilai,mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebetuhan mereka.
Definesi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.

Karakteristik konsumen Indonesia (pada umumnya)
Konsumen  Indonesia  ternyata  mempunyai  beberapa  ciri  khas  dan karakter  unik  yang  perlu  dicermati dibandingkan  dengan  konsumen  negara  di  Asia  lainnya  atau  Amerika  dan  Eropa.  Karakter  ini  perlu dipelajari untuk menyusun strategi pemasaran yang jitu agar mampu mendongkrak penjualan.
Dengan mengerti perilaku   konsumen   adalah   bagian   strategi   pemasaran   yang   efektif.   Chairman   Frontier Consulting Group Handi Irawan mengelompokkan karakter konsumen Indonesia menjadi 10 jenis
Handi mengatakan beberapa karakter diperkirakan akan terus menguat dalam beberapa tahun ke depan sehingga   bisa   digunakan   perencanaan   dengan   baik.   Karakter   yang   terus   menguat   adalah   suka berkumpul, suka buatan luar negeri, dan suka religi, serta suka pamer dan gengsi. Karakter yang  melemah  seiring  dengan  perkembangan  zaman  adalah,  memori  jangka  pendek,  tidak memiliki perencanaan, gaptek, kedaerahan dan kesadaran lingkungan

Karakter pertama, (short term perspective), konsumen Indonesia mempunyai memori jangka pendek. Sebagian besar konsumen ingin memperoleh hasil atau keuntungan yang singkat dari hasil pembelian produk atau jasa. Tengok  saja,  mana  yang  lebih  banyak  pasarnya  antara  produk  penambah  tenaga  dan  produk  vitamin untuk kesehatan. Bandingkan juga antara kredit sepeda motor dan tabungan pendidikan. Jelas, produk suplemen   penambah   tenaga   lebih   menguasai  pasar,   begitu   juga   kredit   sepeda   motor   yang   lebih mendominasi. “Karena  itu,  berikan pemahaman  kepada  konsumen mengenai keuntungan jangka  pendek atau cepat. Strateginya, gunakan hadiah langsung atau promo lainnya yang mudah dipahami konsumen,” ujar Handi pada seminar bertajuk 10 Karakter Unik Konsumen Indonesia, di Jakarta, belum lama ini.

Karakter Kedua, (dominated by unplanned behavior) umumnya konsumen Indonesia tidak memiliki perencanaan. Karakter ini berhubungan dengan  karakter pertama.  Konsumen  juga  kurang  menghargai  waktu  dan  memiliki  gaya  hidup  santai. Akibatnya, proses pembelian kurang efisien. Namun,  hal  ini bisa  dimanfaatkan dengan  menerapkan  strategi  produk atau  layanan  yang  mempunyai fleksibilitas  tinggi.  Artinya,  produk  itu  bisa  digunakan  alam  berbagai  situasi  multifungsi.  Agar  cepat tertuju kepada konsumen, gunakan display mencolok.


Karakter   Ketiga,   konsumen   Indonesia   suka   berkumpul,   baik   dengan   kolega,   relasi   kerja,   dengan keluarga,  maupun  dengan  teman  satu  komunitas.  Karakter  ini  merupakan  bagian  dari  budaya  bangsa Indonesia sejak lama sehingga akan bertahan hingga beberapa puluh tahun ke depan. Dalam   kondisi   ini,   biasanya   teman   dan   kolega   bisa   memengaruhi   konsumen   dalam   mengambil keputusan  pembelian.  Cara  yang  efektif,  tingkatkan  komunikasi  terhadap  kelompok atau  grup  tempat konsumen berkumpul. Bentuklah opini yang dapat memengaruhi kelompok itu. “Konsumen   akan   membeli   atau   menggunakan   produk   jasa   jika   teman-teman   juga   membeli.   Jadi kelompok dan komunitas itu harus diedukasi,” kata Handi.

Karakter keempat adalah gaptek alias gagap teknologi. Konsumen Indonesia lebih doyan menggunakan teknologi   yang   sederhana   dan   tidak   rumit.   Contohnya,   perkembangan   teknologi   informasi   dunia mendorong   munculnya    telepon    seluler    dengan    beragam   fasilitas    mulai   dari   GPRS,   3G   hingga teleconference. Namun apa yang terjadi? Masyarakat Indonesia tetap menggandrungi telepon dan pesan singkat (SMS) sebagai cara  komunikasi efektif. Pasar yang  menggunakan  teknologi simpel lebih gemuk dibandingkan dengan pasar yang selalu mengadopsi teknologi tinggi.Cara  pemasarannya,  buatlah  teknologi  untuk  tujuan  fun  atau  hiburan,  serta  teknologi  yang  mudah digunakan    dan   aman.   Dalam    kondisi    ini,   menjadi    pengikut   kesuksesan    produk    lain    bisa    jadi pertimbangan dalam menyusun strategi.

Karakter   Kelima,   konsumen   Indonesia   lebih   mengutamakan   konteks,   bukan   konten.   Konsumen Indonesia bukan masyarakat yang menyukai informasi bersifat analisis data atau perdebatan, melainkan hiburan. Tengok  saja  acara  talk  show  atau perdebatan  konflik  politik  dibandingkan  dengan  talk  show  bertema hiburan seperti Empat Mata-nya Tukul. Peringkat yang paling tinggi tentu acara yang kedua. Masyarakat tidak  mau  menggunakan  banyak otak  saat menonton  atau  baca  koran. Masyarakat masih menjadikan televisi sebagai media hiburan, dan bukan informasi. Jadi, strategi pemasaran untuk konsumen ini adalah, membuat produk dengan kemasan dan desain yang menarik atau display yang mencolok, berikan pesan-pesan yang langsung dipahami konsumen.

Karakter  keenam
,  fanatik  terhadap  produk  buatan  luar  negeri.  Rasa  nasionalisme  bangsa  Indonesia relatif  lebih  rendah dibandingkan dengan bangsa  Korsel atau  Jerman  yang  menghargai produk  sendiri.
Masyarakat  kurang  menghargai  produk  asli  buatan  lokal  karena  kualitasnya  sulit  bersaing  dengan produk asing. Ada  beberapa  cara  untuk  mengakali  konsumen  dengan   karakter  seperti  ini.  Pertama,buat  produk dengan simbol-simbol asing seperti membubuhkan tulisan made in dalam label produk. “Namun jangan bohongi  dan  menipu  konsumen,”  kata  Handi.  Cara  lainnya,  membuat produk dengan  harga  premium, atau beraliansi dengan merek global.

Karakter ketujuh ,yaitu konsumen religius dan suka supranatural. Pasar bank syariah di Indonesia dalam tiga  tahun  terakhir  terus  naik  signifikan.  Pada  dasarnya  bangsa  Indonesia  itu  manusia  yang  baik  dan tidak suka mengolok-olok sehingga pasar ini tumbuh. Strategi untuk konsumen ini adalah bisa bergabung dengan asosiasi keagamaan, atau memberikan label religi  seperti  mendaftarkan  kehalalan  produk.  Cara  terakhir,  meluncurkan  produk  baru  untuk  segmen ini, karena potensi pasar religi ke depannya akan terus berkembang.

Karakter kedelapan, adalah pamer dan  gengsi,  ini  berkaitan  dengan  karakter  konsumen  yang  banyak menyukai produk asing. Kondisi ini didorong oleh masih adanya budaya feodal dan apresiasi berlebihan di tengah masyarakat. Strateginya  adalah,  ciptakan  produk  dengan  edisi  terbatas,  atau  produk eksklusif.  Bisa  juga  dengan memberikan layanan personal secara khusus.

Karakter  kesembilan,  adalah  kekuatan  subkultur  atau  budaya.  Di  beberapa  daerah  pengaruh  budaya lokal   masih   kuat.   Cara   pemasaran   untuk   konsumen    seperti   ini   dengan   memberikan    sentuhan kedaerahan,  baik  dalam  promo  produk  maupun  layanan.  Untuk  distribusi,  bisa  juga  menggandeng distributor lokal yang lebih memahami karakter daerah setempat.

Karakter kesepuluh
yaitu  rendahnya  kesadaran  terhadap  lingkungan.  Strateginya,  posisikan  konsep  ramah lingkungan hanya  pada  level  perusahaan  bukan  lebel  produk  di  tingkat  konsumen.  Terapkan  produk ramah lingkungan untuk keperluan ekspor dan pasar luar negeri saja.Namun, karakter ini dalam beberapa tahun ke depan akan berubah seiring dengan maraknya kampanye kesadaran lingkungan dan pemanasan global sehingga harus diantisipasi.

Beberapa karakteristik yang menentukan apakah konsumen seorang innovator atau bukan, antara lain berikut ini.

a. Tingkat keinovatifan

Tingkat keinovatifan konsumen dapat diukur menggunakan instrument yang dibentuk oleh para peneliti, yang bersifat fleksibel dalam domain kajiannya, misalnya untuk diterapkan pada kategori produk yang luas(personal computer), subkategori produk (computer jenis notebook) ataupun tipe produk (computer notebook mini beratnya 3 pound).

b. Dogmatisme

Dogmatisme merupakan karakteristik manusia yang mengukur kekakuan atau rigidity dan keterbukaan yang ditunjukkan konsumen terhadap informasi atau hal-hal baru yang kurang familiar atau yang tidak sesuai dengan system keyakinan mereka. Konsumen dengan dogmatis tinggi akan sulit menerima hal-hal yang tidak familiar dengan mereka. Penerimaan akan dilakukan dengan rasa tidak nyaman dan tidak psti, sedangkan konsumen dengan tingkat dogmatis merendah akan memiliki sikap terbuka terhadap hal-hal yang kurang familiar atau tidak sesuai dengan system keyakinan mereka.

Implikasi tingkat dogmatisme yang dianut oleh konsumen pada dunia pemasaran adalah konsumen dengan tingkat dogmatisme tinggi seringkali dianggap sebagai konsumen dengan pandangan tertutup dan biasanya memilih produk yang sudah lama ada, bukan produk-produk inovatif. Hal ini bertolak belakang dengan konsumen dengan tingkat dogmatisme rendah (berpandangan terbuka) yang lebih memilih produk-produk inovatif daripada produk-produk tradisional. Oleh karena itu, dalam aspek komunikasi juga dibedakan antara konsumen yang memiliki tingkat dogmatisme rendah dan yang tinggi.

Mereka yang cenderung rigid atau tingkat dogmatismenya tinggi biasanya lebih tertarik apabila pada iklan produk inovatif ditampilkan endorser baik selebriti ataupun orang ternama, sedangkan konsumen degan tingkat dogmatisme rendah cukup tertarik dengan iklan produk inovatif yang menampilkan keunikan atau perbedaan produk baru tersebut jika dibandingkan dengan produk lainnya.

c. Karakter sosial

Karakter sosial merupakan karakteristik seseorang yang meliputi 2 titik ekstrem yaitu inner-directedness dan other-directedness. Istilah yang pertama berarti konsumen cenderung menggunakan nilai-nilai maupun keyakinan dalam dirinya sendiri dalam mengevaluasi produk, sedangkan other-directedness mencerminkan karakteristik konsumen yang lebih mempertimbangkan nilai-nilai atau petunjuk dari orang lain mengenai apa yang benar dan apa yang salah dalam mengevaluasi produk.

Biasanya konsumen yang memiliki karakter inner-directedness memiliki kemungkinan yang lebih besar dari pada other-directedness untuk mengevaluasi suatu produk.

Dalam strategi komunikasi, konsumen dengan inner-directedness cenderung menyukai iklan yang memuat pesan-pesan mengenai kegunaan produk, fitur-fiturnya maupun keuntungan dari penggunaan produk tersebut, sedangkan konsumen dengan other-directedness cenderung lebih menyukai iklan yang menekankan pada citra yang ditampilkan oleh produk, penerimaan oleh masyarakat apabila menggunakan produk tersebut, dan lain sebagainya. Pada dasarnya, konsumen dengan other-directedness lebih mudah untuk dipengaruhi dalam perilaku pembeliannya karena mereka sangat peduli dengan apa yang dianggap benar atau salah oleh pihak lain.

Contoh kasus : Sebagai perusahaan yang berdiri di bidang jasa,prilaku konsumen harus memainkan peranan penting dalam pengembangan kebijakan publik, yang nantinya konsumen akan memberikan suatu komentar apakah barang tersebut sudah sesuai dengan apa yang diperlukan oleh konsumen tersebut,sehingga kita bisa tau selera yang banyak diminati oleh konsumen tersebut.perusahaan sangat bertrimakasih kepada konsumen yang sudah memberikan kritik dan saran untuk maju kedepannya. Konsumen juga harus bijak dalam memilih barang kebutuhannya jangan asal murah tp kualitasnya di bawah standar,di ibaratkan konsumen itu seperti raja,kalau konsumen tidak ada untuk membeli barang kita otomatis kita harus memutar otak untuk bisa diterima oleh konsumen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar